Selasa, 07 Mei 2013

CERITA CINTA KOTA


CERITA CINTA KOTA -








Penulis        : Dwitasari, Dian Nafi dkk
Tebal          : x + 241 hlm
Penerbit     : PlotPoint 
ISBN          : 9786029481273
Harga         : Rp 44.000

Cinta, dia tak pernah mengenal dan memilih tempat untuk membuat dua hati bertaut.
Dan, Omnibook ini membuktikan kalimatku di atas, “Cerita Cinta Kota” selalu ada cinta dimanapun kita berada. Oohh…yeaaah!!!!
Omnibook berwarna orange ini langsung membangunkan kenangan-kenanganku lewat gambar-gambarnya. Yang paling membuatku mampu menatap beberapa menit cover ini adalah gambar hartop atau Jip, yah aku langsung teringat ceritaku di Bromo, dan gambar Gedung Lawang Sewu, tentu aku teringat Semarang, kota yang baru saja aku singgahi, kota yang cukup keren dengan bangunan-bangunan tua yang memikatku. Dan gambar lainnya, aku tak terlalu memiliki kenangan dengan gambar lainnya.
Cerita cinta kota memiliki cerita-cerita yang nggak cuma cocok dibaca para remaja, dibaca usia matang sekalipun tetap enak, karena ada beberapa cerita bentuk metropopnya juga. Cerita cintanya pun penuh kejutan dan tak memulu membahas manisnya cinta, tapi juga menyajikan nasihat-nasihat yang menyentil, pengalaman hidup yang mampu membuat kita belajar, dan ada beberapa juga yang memiliki ending yang membuatku terejut.
Satu kata untuk omnibook ini “UNIK”.
Dalam omnibook ini terdiri dari 11 cerpen dan semuanya tentu terinspirasi dari kota-kota yang ada di Indonesia. Sebelas cerpen ini berjudul Kopi Cinta Grebe Besar (Dian Nafi), Amanat Perjuangan Ranti (Dita Hersiyanti), Memoar Senja (Fakhrisina Amalia Rovieq), Bromo yang Menghantarkan Hatiku (Ismaya Novita Rusady), Petik Pertama pada Rintik Pertama (Mario MPS), Cinta Keranjang Apel (Nita Aprilia), Sebelum TransJakarta Berlalu (Noury), Pintu 1001 (Rizky Suryana Siregar), Cintaku Datang Lewat Omed-omedan (Rina Wijaya), Matahari di Kota Matahari (Widya Az Zahra) dan terakhir Sepatu(Dwita Sari).
Di setiap cerita selalu ada kelebihan dan kekuranganya masih-masing, seperti pada cerita yang pertama, Kopi Cinta Grebek Besar oleh Dian Nafi. Cinta yang dituturkan sangat sederhana, namun penggambaran tradisi dan suasana Grebek Besarnya yang aku suka, detail sekali, keren, mantap, dan kalimat pembukanya bikin aku mengerutkan dahi, “SITI BAKILAH”.
Kemudian, Amanat Perjuangan Ranti (Dita Hersiyanti). Tema persahabatan yang kemudian jatuh cinta, kisah klasik, nggak papa, karena dia bisa mengakhiri ceritanya sangat manis, sampai-sampai bikin aku tersenyum dan merinding. Oh, ya ada satu quote mantep disini.
“Makanya Tuhan menciptakan mulut, agar manusia dapat mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya, dan apa isi hatinya kepada orang yang dituju, agar orang itu mengeti apa yang kita pikirkan selama ini.” (Amanat Perjuangan Ranti, hal 43)
Memoar Senja (Fakhrisina Amalia Rovieq). Nah, cerita yang ini, dua orang yang bertitle sahabat, kemudian saling jatuh cinta, tapi memilih diam. Kemudian, saat semua terucapkan, maut malah mengambil salah satu dari mereka. Sampai disini biasa aja ya?! Tapi, Endingnya. Endingnya, bro! Penulis dengan cantiknya memoles endingnya dengan diskripsi-diskripsi yang bikin penasaran, dan pembaca disuruh menebak sendiri apa yang terjadi dengan tokohnya. Good Job, Girl!
Sepatu (Dwita Sari). Udah deh kalau ini, penulisnya aja udah melalang buana sama buku-bukunya, jadi wajar kalau ceritanya matang banget. Yang jelas, aku suka dengan karakter tokoh cowoknya, Dareen. Di sini, penulis bisa menjabarkan pesan yang ingin disampaikan lewat tokoh-tokohnya dengan manis. Yap, aku lebih memilih menyebut cerpen satu ini “Cerpen inspiratif”, cerpen yang awalnya tak aku tahu maksud penulis menuturkannya, tapi saat “sepatu” itu dibahas, langsung membuatku terhenyak. Hah…benar! Sepatu jelek apa artinya, nggak ada kecuali diganti baru karena nggak keren. Tapi, setelah itu aku mengangguk, mengiyakan setiap pesan yang disampaikan Mbak Dwita Sari.
“Sepatu mencerminkan kegigihan seseorang dalam melangkah. Sepatu yang hampir rusak melambangkan bahwa pemiliknya berjuang dengan gigih dalam setiap langkahnya.” (Sepatu, hal 80)
Kalau bahas Cinta Keranjang Apel (Nita Aprilia), aku lebih mengapresiasi bagian pembuka cerita dan kenikmatan melahap setiap ceritanya, benar-benar ringan walau ada beberapa bagian yang dipaksakan.
Cintaku Datang Lewat Omed-omedan (Rina Wijaya). Cerita ini, cerita yang berlokasi di Bali, menggambarkan salah satu tradisi di sana. Tradisi ciuman, huuuaaaaooooo!!!! Dan ceritanya cukup mengalir, walaupun sangat mudah ditebak.
Matahari di Kota Matahari (Widya Az Zahra). Di cerita ini tokohnya itu lho, si Starla, gimana ya? Kayaknya agak sulit ditemui situasi yang ada padanya, nggak sekolah dan selalu jadi buntut ayahnya. Juga sikap sang ayah yang kayaknya perlu ke psikiater, deh. Hahaha becanda, deh! Tapi, aneh, sesayang-sayangnya, dan senggak mau kehilangannya, harusnya sang ayah bisa mikir apa yang baik buat anaknya, bukan memenjarakannya dengan semua keistimewaan dan membatasi kehidupan sosialnya. Hooooo…. Ya sudahlah, yang jelas ceritanya bikin aku menebak di setiap bagian, tapi salah, lagi-lagi salah! Huft, sampai ending aku baru bisa “ngeh”. Wao, hebat nih penulis, kayak bikin teka teki dalam cerita.
Sebelum TransJakarta Berlalu (Noury). Temanya, ajigileee… Kehidupan yang seperti terulang, dejavu dan precognitive dream. Baca ini kayak nonton film apa ya? Duh, lupa judulnya. Yang jelas penulis benar-benar menguasai materi ceritanya, karakter-karakternya, dan semuanya. Mengalir, dan tak ada kata cerita itu dipaksakan. Pesannya pun tersampaikan dengan sangat baik. Dan,  ini “Cerita Inspriratif” sukses kedua di novel ini.
Bromo yang Menghantarkan Hatiku (Ismaya Novita Rusady). Jujur aku mengharapkan cerita yang waooo di sini. Bromo, tempat dimana satu kenanganku letakkan di sana bersama si mata sipit. Ya sudahlah nggak usah dibahas! Bahas cerita ini aja. Kenapa ya aku ngerasa penulis maksain banget sama kisahnya? Kayak Janu yang nyatain perasaannya pada Eri saat mereka belum benar-benar saling mengenal. Kesannya malah bikin Janu cuma mau main-main. Karakter yang dibangun juga lemah banget. Dan beberapa pertanyaanku tak terjawab walaupun aku sudah menyelsaikan cerita ini.
Oke, bahas itu aja kali ya?! Sebenarnya maunya bahas semuanya karena ceritanya yang enak banget buat di ulik, tapi kayaknya bakalan bikin yang baca malas juga. Kalau mau tahu lengapnya, wajib beli dan baca sendiri. Banyak banget hal-hal unik yang kamu temukan disana, recommended banget nih buat semuanya, kecuali buat aki-aki, nggak bakal suka!
Oh, ya mau bilang makasih juga buat @pengenbuku dan @CeritaCintaKotayang udah kasih aku buku ini gratistitiiiitiiiiisssss lewat kuis #pengenbuku.
Dan, yang terakhir, aku akan kasih bintang 3 dari 5 bintang. Yeeeaaaahhhh!!!! Tepuk tangan!!!!!


RESENSI by Dian Amijaya