Senin, 30 Juni 2014

Eat Play Leave

menyenangkan sekali membaca tulisan Jenny Jusuf ini
Yang pertama, karena jadi mengobati kekangenanku pada Ubud yang eksotis dan manis.
Yang kedua, karena gaya bahasanya spontan, segar, lucu dan ada bagian-bagian kontemplatif inspiratifnya tanpa kesan menggurui.
Proficiat, Jenny!

Untuk lebih lengkapnya, baca sendiri ya :)
ada cinta, main-main dan mereka yang pergi setelah singgah atau tinggal di Ubud.
Duh, jadi pengen ke Ubud lagi...
tapi seperti yang Jeny kutipkan dari orang-orang tua sana, bukan kamu yang memilih Ubud, tetapi Ubud yang memilihmu :))

Jumat, 27 Juni 2014

101 young ceo

ini buku keren  banget.
tahu nggak, aku jadi kepikiran menulis cerpen terinspirasi dari buku ini. bayangkan aku akan dapat 101 cerpen dari 1 buku ini lho...hehehe :D

pas ibuku ikutan lihat, eh emangnya ini bisa dicontoh beneran ya? (Kesuksesannya, maksudnya)
trus yang seru, ada juga kisah anaknya jokowi lho. namanya gibran :)

baca sendiri ya. seru-seru kok dan menginspirasi :)

burung lagi

 kebetulan kubaca setelah aku baca novel eka yang covernya gambar burung merem, sebagai metafora dari isi ceritanya. eh, ini berikutnya tentang burung lagi.  burung terbang dalam kelam malam, he3.
walah, halaman testimoninya buanyaaak banget.
dan mungkin justru karena testimoni sebanyak dan sebagus itu, jadi kita ketinggian harapannya akan novel ini. hiks, jadinya pas baca malah kayak kejeglek. duh, kok.  he3.

jadi bertanya-tanya, mana sih yang paling payah dari beberapa model/jenis bacaan? apakah yang kemproh atau yang picisan atau yang menye-menye. hehehe.
trus jadi kepikiran, kayaknya kalau novel yang cerita tentang novelis jadi kayak hmmm.. gimana gitu ya? memangnya gak ada yang lain yang bisa diceritain.


sepak bola wanita

aku lagi dalam antrian di pn, karena kena tilang lalu lintas, jadi deh soul match ini kubaca habis dalam sekali berdiri dalam antrian super lama dan panjang.

temanya seksi, sepakbola wanita
settingnya rio de janeiro
janitra dan kaisar-nya nempel di hati, juga  karakter2 lain tersaji dg keunikan/karakter masing2.
flavia, bukit del aimos atau apalah itu dan laguna-nya juga puncak bukitnya tergambar secara apik.
ada beberapa memorable moments.
dan yang bikin nangis itu pas lagu indonesia raya dinyanyikan bareng.
jadi tiap lagu indonesia raya dinyanyikan bareng, aku mewek lagi. hiks.

tidak seperti seperti rindu-nya eka, yang sub plotnya banyak banget, hanya ada 1subplot, kisah kaisar dan ayahnya, di samping plot utamanya janitra dan kaisar.

apalagi ya? sementara itu, ntar kalau aku ingat, aku tambahin lagi ya :D


seperti dendam, rindu harus dibayar tuntas

satu kata. keren. memang eka kurniawan is an unconventional writer.
meski sekilas awal-awal pas baca novelnya, ih kok saru, ih kok jorok.
tapi memang begitu gaya yang paling tepat untuk novel ini, humor satir.
ini kecerdasan eka, membungkus kritik sosial politiknya dan ironi bangsa ini dalam sebuah cerita yang kesannya ringan.
dan yang mengejutkanku, dia ada membahas tentang jalan sunyi, tasawuf lho, sebagai pilihan rel bagi ajo kawir, karakter utamanya ini.
yang lebih mengejutkan lagi ada yang surreal di sini, ternyata si jelita itu ya si rona merah itu. hahay...

sub plotnya banyak banget, ajo, iteung, mono, dll
dan hey plot SRDHDBT itu maju mundurnya keren deh

selebihnya sila baca sendiri ya :)

Jumat, 20 Juni 2014

Celoteh tentang Perselingkuhan

Celoteh tentang Perselingkuhan

Tadi saya baca buku hadiah dari mba Dian Nafi, meski belum selesai, tapi lumayan rumit masalahnya di dalam buku tentang perselingkuhan itu. Sebagai lajang yang masih milih-milih pasangan hidup, saya agak sangsi tentang konsep keluarga bahagia. Kok ya bisa-bisanya laki-laki bisa mengiyakan ajakan perempuan yang bukan pasangan halalnya untuk gitu deh. One night stand. Glek. Padahal dituliskan bahwa tokohnya dari keluarga ningrat. 

novel mba Dian Nafi
Akhirnya saya jadi ngerti kalo sebenernya siapapun lelakinya, bisa berpotensi selingkuh. Apapun pekerjaan dia, latar belakang dia, hobi dia, dll. Sealim apapun kalo udah berhubungan dengan perempuan, laki-laki itu bisa bertekuk lutut. Udah jadi jaminan kan di Al Quran kalau memang kenapa Al Quran aja sampai menawarkan balasan bidadari bermata indah, blablabla di dalam kitab suci itu. Tentu karena memang itu yang paling disukai laki-laki. Beda lagi dengan perempuan yang memang lebih suka harta. Coba berikan pilihan pada perempuan, suruh nemenin pasangannya di rumah aja atau ke mall belanja ini itu? Pasti milih belanja :p Ya memang fitrahnya laki-laki pada perempuan, perempuan pada harta. Maka wajar jika akhirnya banyak lelaki jatuh ketika perempuannya tidak baik, dalam artian tidak bisa menahan apapun untuk bersikap biasa saja terhadap harta suaminya. Makanya sampe ada yang korupsi, ya coba tengoklah istrinya pejabat pegangannya apa aja? Kalo bukan pengusaha kok bisa sampai punya harta yang wah, padahal katanya gaji pejabat dikit ya? 

Makanya ada sebuah artikel yang saya baca di sebuah blog teman, dia bilang kalo dalam keluarganya didoktrin untuk perempuan itu yang harus jaga suaminya. Bukan suami yang jaga istri. Kenapa? Karena ketika lelakinya itu tidak baik, balik lagi liat istrinya gimana cara menjaganya. Jangan-jangan memang dijaga ala kadarnya saja. Tidak diingatkan ketika berpotensi melakukan kesalahan. Tidak dibikin bahagia selama mereka bersama. Tidak dibimbing menjadi lebih baik lagi. Tidak saling mensupport pasangan. Tidak saling mendoakan kebaikan. Ya terus buat apa bareng-bareng dong kalo ga bahagia?

Trus lagi, pernah baca juga di fb teman, kesimpulan yang saya ambil ini. Jadi tau bahwa memang cara menjaga agar suami tetap fokus pada pekerjaannya adalah dengan si istri mengerjakan segala masalahnya sendiri. Jadi wonder woman kali ya. Ntar kalo ada yang paling rumit baru ngomong. Ga setiap ada masalah diomongin, kesian suaminya kepikiran. Udah banyak pikiran di kantor ditambah diributin istrinya yang rewel dan super bawel. *eh :P 

Intinya sih, kalo perempuannya memang sudah mengambil keputusan untuk di rumah saja, maka segala urusan rumah dari yang terkecil hingga yang rumit sekali pun, dia yang menyelesaikannya. 

Kesimpulannya : bikin partner hidup itu bahagia butuh perjuangan. namanya partner berarti ada proses saling, saling membahagiakan, saling bikin ketawa, saling bikin senyumnya ceria. xD jadi ya, nak. yang masih single, coba belajar seni memahami pasangan. Hahaha. Padahal ini kelemahan saya :P ya masih ada waktu buat belajar kan, bisa dari cerita teman, buku, diskusi, dll. Sebelum akhirnya nanti saya menemukan pasangan halal saya. :P

Udah gitu aja ocehannya :)) Lagi pengen cerita aja xD
 

Senin, 16 Juni 2014

Pantai Kupu-Kupu

Seperti biasanya, aku dapat novel ini juga hasil dari barteran dengan penulisnya. Asyik kan...
Aku suka banget dengan gaya penceritaan elia bintang dalam novel ini. Karena filmis. Meskipun di beberapa bagian kesannya lambat banget. Tapi ada juga bagian  di mana dia bertutur. Sepertinya dia (pada akhirnya) menge-framenya dalam sebuah cerita yang dituturkan sang tokoh cowok, Sam, pada tokoh ceweknya. Supaya nggak kelihatan kalau bertutur. Gitu. Hehe.

ini adalah salah satu novel yang kusukai, dan jenis novel yang aku ingin tuliskan. style-nya eksistensial.

beberapa quote menarik
Pikiran satu orang menentukan kenyataan satu orang. Pikiran banyak orang menentukan dunia.
tulah kenapa kamu mencari tujuan hidupmu. Karena kebebasan tanpa tujuan adalah kemunduran.
Kamu adalah kesempatanku untuk mencintai dengan semestinya: mencintai seseorang karena siapa orang itu.
Dalam hidup ini selalu ada arus yang menyeret & merenggut, tapi ada pula arus lain yg membebaskan & membawa ke tempat baru.
Kamu bisa tulis 100 kriteria laki-laki yang kamu inginkan, tapi akan ada laki-laki yang merobek itu dan lgsg masuk ke hatimu
Siapa pun yang datang dalam hidupmu, mereka bukan pengganti yang lama. Mereka orang baru, yang bawa hal-hal baru.
Aku ingin mencintai sampai tak bisa mati, sampai napas menolak berhenti. Seperti bulan yang tak pergi dari langit pagi.
Kalo lo baca , kita punya titik temu, dan segala sesuatu yg indah, yg romantis, berawal dari satu titik temu. :)
...sekali kamu mengabaikan detail, kamu akan cenderung mengabaikan banyak hal. -

Ngemilbaca lovelocked by pia devina



Ngemilbaca lovelocked by pia devina
Aku membaca marathon dua novel romance travelling secara bersamaan. Salah satunya adalah karya pia yang keempat bertajuk love locked. Terus terang ada kejenuhan dalam diriku untuk terus-terusan membaca novel yang kesannya menye-menye, dangkal,swallow, seolah cinta-cintaan an sich. Bukan jenis novel yang ingin kubaca ataupun kutulis. Meski tulisanku juga mungkin tak lebih bagus. Tapi begitulah kali ini aku tersadar, bahwa kadang-kadang karena kita tidak ingin karya kita dibilang uopppoooh ikiii? Jadi kita juga menghindari untuk komen uopppooh ikkkiii pada karya orang lain. Padahal dengan begitu, akhirnya kita kehilangan sedikit kejujuran dan titik atau sisi kritis kita.
Jadi, meski sekilas-sekilas aku menulis di statusku, tanpa mention.  Membaca menye-menye sekali mungkin tak apa, tapi kalau all week along? Juga unek-unekku yang lain, all these non-senses, mau ke mana arahnya? Mudhof ilaih alias obyeknya tentu saja bukan Cuma novel ini, tapi juga novel-novel lainnya, bahkan juga novel dan tulisanku sendiri. Sesaat aku sadar mengapa beberap orang tua dulu bilang bahwa buku cerita, fiksi itu bullshit, omong kosong, karenanya loghow, ia juga sebuah bentuk kebohongan, tipu-tipu karena tidak sesungguhnya ada. That’s probably right, maybe.
But terus apa sebenarnya manfaat fiksi, kalau ia sepenuhnya imajinasi? Tidak berdasarkan true story atau kebenaran realita. Kalau ia fiksi fantasi, boleh jadi malah merupakan penggambaran visual tentang masa depan yang lebih baik, atau sebuah perngatan tentang masa depan yang buruk kalau kita tidak bijaksana di masa sekarang. Ia mendorong terciptanya penemuan-penemuan.
Kalau ia fiksi sejarah, berarti menceritakan sejarah dengan cara yang lebih menyenangkan, berkisah.
Kalau ia fiksi travelling, berratrti menyajikan tempat-tempat destiunasi dengan cara yang lebih menarik, berkisah.
Tentulah begitu, mungkin.
Dan di balik semua itu, ada hikmah tersajikan secara perlahan. Seperti yang akhirnya kudapati di bagian akhir novel pia ini. Ternyata segala kesalahan di masa lalu yang menyakitkan dua generasi itu toh tetap harus disyukuri. Karena akhirnya melahirkan rhinea dan membawa Erika menyayangi Mario. Menjadikan mereka bertemu dan saling jatuh cinta.

Satu yang kugarisbawahi dari novel ini, karena punya relevansi erat dengan situasiku, ternyata orang tua tiripun ada yang baik. Jadi kepikiran utk mencari seorang ayah bagi anak-anakku. Hahay :D

Review Just In Love


Just In Love by Dian Nafi @ummihasfa [Lagi2 BOOKan review]

*Bayar utang dulu…
Maksudnya tulisan ini adalah sebuah payment pada hutang yang tertunda bayar pada si empunya buku. Hehehe.
Sudah hampir seminggu lebih temu wicara dengan Dian Nafi berlangsung di Buka Buka Buku. Penulis asal Demak yang SANGAT produktif ini merilis buku terbarunya. Setidaknya sampai saat ini, karena tak lama lagi buku baru lainnya akan ada di toko-toko buku di Indonesia.
Just In Love, begitu judulnya. Simpel, dan merangkum hampir semua jalan cerita yang ada di novel ini. Kisah cinta, apalagi kalau bukan itu. Sampai kapan juga tak akan pernah habis dieksploitasi, dengan sudut pandang yang berbeda. Dan masih akan tetap menarik untuk dinikmati.
Tak perlu panjang lebar cerita soal kisah cinta tokoh utamanya Kemala, yang merupakan seorang mahasiswa desain interior. Pergi dari ibu kota menuju Klaten, untuk magang di sebuah butik yang perlu panataan ulang, tak hanya pengalaman kerja yang didapat selama kurang lebih seminggu disana, tapi juga jatuh cinta dengan seorang pria bernama Yudhistira.
Kemala yang berselera tinggi dan pantang jatuh cinta dengan pria yang tak sesuai dengan kriterianya, harus takluk dengan pria yang mencuri hatinya sejak pertama kali bertemu. Melawan standarnya sendiri, Kemala harus mengakui bahwa Yudhistira memang punya pesona. Sayangnya, tak hanya harga dirinya sebagai Kemala saja yang harus diatasi, tapi kehadiran sosok Vanisha menjadi penghalang antara dia dan Yudhistira. Seperti biasa, kehadiran orang ketiga dalam sebuah hubungan memang selalu jadi sesuatu yang seru. Pemicu konflik agar lebih menarik. Tapi tentu saja, semua orang tahu, kebanyakan karakter ketiga seperti ini selalu berakhir dengan status sebagai pecundang.
Meski tak selalu berjalan mulus (tapi disitulah serunya), hubungan Kemala dan Yudhistira sudah bisa dipastikan akan baik-baik saja. Mungkin beberapa orang akan menebak bahwa keduanya bisa berakhir bahagia sebagai pasangan, tapi sepertinya Dian Nafi cukup pintar untuk tak terjebak pada ending yang sudah umum. Happily-ever-after, begitulah umumnya kisah tentang putri dan pangeran. Tapi ending yang dipilih tampaknya memang seperti sebuah skrip di film-film. Terbuka untuk sekuel. Nggantung. :D
Oke, berikut adalah catatan tentang Just In Love (menurut hemat saya)
1. Pace ceritanya cukup cepat. Dalam satu babak, Dian Nafi menggunakan banyak fragmen. Dan sebagai pembaca, kita seperti sedang menonton sebuah film yang berjalan cepat dari satu adegan ke adegan lainnya.
2. Bisa dibilang gaya penulisan Dian Nafi di Just In Love tidak monoton. Dalam satu kesempatan, Dian Menggunakan gaya “Karakter A & Karakter B” kemudian “Karakter C dan Karakter D” lalu “Karakter A dan Karakter C”. Bisa jadi ini trik si penulis untuk menghindari kebuntuan dalam mengembangkan cerita. Seperti yang dia bilang, kalau kelamaan menceritakan sebuah adegan, yang ada hanya bosan. Atau bisa jadi, Dian hanya terinspirasi dari apa yang pernah dilakukan Dewi “Dee” Lestari dalam buku-bukunya, karena si Penulis sepertinya ngefans banget sama Dee. :P (btw, saya juga lebih seneng pake gaya seperti itu. Lebih simpel, lebih fokus dalam penceritaan sebuah adegan)
3. Well, kalau mau bilang ini adalah sebuah kisah cinta yang dewasa, sebenarnya tidak juga. Sudah keliatan dari pemilihan desain cover buku. Nuansa anak muda masih terasa. Jadi, ini bukan kisah cinta orang kantoran, tapi masih “bau” anak kuliahan.
4. Si penulis bilang dalam sesi interview kalau Just In Love ini dibuat dengan berbagai usaha untuk tidak terlalu dramatis dan sinetron abis, tapi sepertinya saya sedang membaca sebuah naskah yang “movie wannabe” banget. Bahkan sudah kebayang siapa yang bakal jadi Yudhistira. Jangan sampai deh Adipati Dolken yang akan berperan sebagai Yudhistira. Karena dengan rambut panjang ikalnya, sepertinya Yudhistira cocok diperankan oleh dia..hehehe.
5. Tenang saja, novel ini bukan novel yang temanya relijius banget. Walaupun sepertinya di beberapa bagian ada hawa-hawa cerita cinta relijius melalui pemilihan katanya, tapi si penulis sepertinya tidak ingin membawa Just In Love ke genre itu.
Terus terang, saya tidak bisa memberikan penilaian apakah suatu karya tulis itu bagus atau tidak. Karena bagaimanapun juga hal seperti itu relatif. Ya sih, karena sifatnya relatif, saya berhak memberikan penilaian sebagai pembaca. Tapi nggak lah, saya tidak mau bikin note berdasarkan kelebihan dan kekurangan sebuah karya. Semuanya saya serahkan ke pembaca lainnya saja.
Yang pasti, sebagai “pembunuh waktu” buku ini termasuk yang tidak akan butuh waktu lama untuk diselesaikan.
Selamat membaca!
*gambar dari Goodreads. Terima kasih

Rabu, 11 Juni 2014

(Bukan) salah waktu


Judul Buku: (Bukan) Salah Waktu
Penulis: Nastiti Denny
Penyunting: Fitria Sis Nariswari
Penerbit: Bentang Pustaka
Cet. : cet. I Des, 2014
Juml. Halaman: 248
ISBN : 978-602-7888-94-4
Keunggulan novel: PEMENANG Lomba Novel "Wanita dalam Cerita".

First Impression
Ceritanya ibu-ibu banget, maksudnya kisah rumah tangga yang sering orang alami ya. Ada cemburu, curiga. Tapi ternyata di belakang, ada rahasia-rahasia masa lalu yang akhirnya terungkap satu persatu.

Experience with the book
Aku membacanya dalam waktu dua hari. Skip-skip sih di beberapa bagian yang kelihatannya klise alias bisa kita tinggalkan, tapi tetap paham jalan ceritanya. Nastiti membuka BSW dengan apik. Dia menyajikan konflik dan problem yang umumnya menimpa wanita kita. Sesuatu yang tentu saja langsung mengena, karena relevan dan punya keterkaitan dengan pembaca. Di sinilah kita kemudian tertarik untuk terus mengikuti kelanjutan kisahnya.  Antara lain mengenai pro kontra wanita karir.  Titik inciting incident cerita adalah saat Sekar memutuskan resign dari pekerjaan dan hanya menjadi  ibu rumah tangga saja.

Character
Tokoh-tokoh diperkenalkan dengan cermat dan detail. Kita jadi tahu latar belakangnya, motivasinya, occupation-nya, pikiran dan pandangan tokoh-tokohnya serta masa lalunya dikupas pelan-pelan.
Kasihan juga si tokoh alias si istri ini (Sekar) yang ternyata anak angkat. Kita jadi empati dengan karakternya.

Plot

Maju mundur. Kita dibikin bertanya-tanya siapa yang menghubungi keduanya. Siapa yang berada di belakang semua ini. Bagaimana peristiwa-peristiwa di masa lalu yang sesungguhnya. Bagaimana mereka melewati semua ini.
Kompleksitas konflik membuatnya menarik. Dan ternyata para tokoh sekundernya saling berhubungan.
Sayangnya ada beberapa pacing agak lambat, sehingga kita jadi tergoda untuk melewatinya saja dengan cepat.

POV
Orang pertama

Main Idea/Theme
Tentang masa lalu masing-masing yang di masa kini menjadi masalah bagi pasangan

Quotes
Aku sanggup melepas duniaku demi dunia kita bersama.
Namun, ketika waktu bergulir tanpa bisa dibendung, ketika kenyataan memaksa untuk dipahami, ketika kesalahan memohon untuk dimaafkan, kurasa aku tak sanggup Sayang

Ending
Happy ending. Memang kebanyakan cerita (roman) yang disukai adalah happy ending :)

Benefits
- Semua orang punya masa lalu. Dan kita tak bisa menghakiminya begitu saja karena boleh jadi dia sendiripun tidak/belum tahu persis apa akibat dari perbuatan masa lalunya.

- Berpikir jernih dan mengambil tindakan bijaksana sangat diperlukan dalam setiap hubungan.
- Bahwa menjadi ibu rumah tangga haruslah prigel, cekatan, dan hebat.

Question
Yang jadi pertanyaan kenapa si tokoh alias si istri ini tidak mencari orang tua aslinya?
Si suami, kenapa bisa diperalat/diperkosa oleh pacarnya?