ibadah bareng si kecil
bersepeda dan berjamaah ke masjid
by dian nafi
susahnya mengajak anak-anak untuk sholat lima waktu. Ada saja alasannya. Yang capek lah, nanggung lah sedang ada acara TV yang bagus, nanti lah daaan beerbagai macam alasan lainnya. Sudah berbagai macam cara kucoba. Dari yang halus dan lembut macam bujukan, sampai yang keras seperti bentakan, ancaman dan kadang kemarahan. Astaghfirullah.
Lalu, tiba-tiba kami seperti menemukan jalan keluarnya. Ketika pada akhirnya tengah tahun kami resmi pindah ke rumah baru setelah sejak beberapa bulan lalu maju mundur waktu pindahannya karena ada Ramadhan-an, ada lebaran, ada sepupu manten-an dan sebagainya. Rumah baru ini kebetulan sekali dekat dengan masjid. Sekitar 200 meter-an. Tempat tinggal kami yang terdahulu sebenarnya juga dekat dengan masjid, tapi kami toh jarang pergi sholat berjamaah ke sana. Karena ya itu tadi, banyak alasannya.
Dus, aku sengaja membelikan dua sepeda baru untuk kedua anakku yang usianya cuma selisih satu setengah tahun ini. Mereka memang sudah mengidam-idamkan sepeda ini sejak lama. Tapi ini waktu yang tepat, kurasa.
Aku bilang pada mereka, "sepeda ini Umi belikan untuk mas Asan dan dik Atim pakai buat pergi berjamaah ke masjid ya."
"Oh, masjid Al Huda itu ya, Mi?" tanya anakku yang paling kecil, Atim. Dia masih 1,5 tahun waktu ayahnya meninggal dunia, dan tak terasa sekarang sudah 8 tahun usianya.
"Asyik...berarti aku kalau pergi Jumatan ke Al Huda tidak perlu diantar Umi lagi, tapi bisa naik sepeda sendiri," cetus Asan. Wajahnya terus tersenyum, bungah.
"Tidak JUmatan saja, setiap waktu sholat kalau memungkinkan kita jamaah di Masjid," sahutku.
"Kalau pas di sekolah, Mi?" Atim menyahut.
"Ya jamaah dengan teman-teman di masjid dekat sekolah kan," jelasku.
"Berarti Subuh, Maghrib dan Isya' sepedaan ke masjid Al Huda..Yeaayyy..." seru Asan.
"Asyiiiiik...." Atim turut girang dan jejingkrakan. Aku pun tersenyum melihat antusiasme mereka.
"Wah! Tapi Umi gimana dong? Kalau kami sepedaan ke masjid, mosok Umi jalan kaki?" cetus Asan tiba-tiba.
"Hmmm...nggak apa-apa. Kalau pas Umi capek, Umi bisa naik motor ke masjidnya," usulku.
Mereka pun tersenyum lagi.
**
Jadilah hari berikutnya, saat subuh-subuh dan jalanan masih belum terang, kami beriringan pergi ke masjid. Mereka dengan semangat mengayuh sepedanya, dan aku mengikuti dari belakang dengan bermotor. Indahnya melihat pemandangan ini. Sholat tidak saja tidak harus pakai dioyak-oyak alias diperintah-perintah tapi kesadaran sendiri, berjamaah lagi. Kami merasakan kesejukan pagi itu luar dalam, sejuk udara dan hawanya, sejuk pendengaran menikmati lantunan ayat suci imam masjid dan seruan amin para makmum, juga sejuk di hati.
Pengalaman sholat berjamaah yang menyenangkan itu berlanjut saat maghrib. Kali ini mereka makin antusias. Karena diam-diam saat mereka pergi ke sekolah, siang hari itu aku membeli satu lagi sepeda baru untuk diriku sendiri.
"Asyiiiik.....Umi juga sepedaan dengan kita," seru Asan dan Atim bersahutan,"tambah seru deh."
Kami pun berusaha selalu bergegas mengambil wudlu jika terdengar suara adzan. Dan bergegas mengayuh sepeda ke masjid. Keseruan dan keasyikan bersama kami ini rupanya menarik perhatian para tetangga. Mereka mulai satu persatu mengikuti kebiasaan kami, bersama keluarga bersepeda ke masjid untuk sholat berjamaah. Alhamdulillah.