Berkisah tentang dua sahabat yang sempat bersimpang arah. Ini dia blurpnya :
Malik, si anak manja dan mantan preman itu telah insaf. Bahkan ia sempat menikmati kehidupan dalam pesantren selama beberapa tahun. Ia bertemu dengan Yudho, seorang pemuda miskin yang memberikan energi baik padanya. Mereka menjadi sahabat layaknya saudara.
Saat mereka begitu akrab, Malik menghadapi situasi berat dalam hidupnya. Ia harus rela melepas hubungan cintanya dengan Hesti, yang memilih meneruskan hafalan AlQur’annya dengan mengorbankan cintanya pada Malik. Pada saat yang sama, Malik juga sedang mempersiapkan diri menjadi calon petinggi (kepala desa) di desanya. Yudho, sahabatnya, begitu khawatir dengan keputusan Malik yang tiba-tiba bertolak ke Surabaya. Dan kekhawatiran itu terjawab dengan pulangnya Malik dalam keadaan sebagai jenazah.
Waktu berjalan, kehidupan bergulir.Yudho yang berjanji menjaga ayah ibu Malik sebagai orang tua sendiri bertemu dengan takdir yang membuatnya harus berpikir keras. Ia harus menerima amanat warga untuk meneruskan pencalonan petinggi yang dulu akan diberikan pada Malik. Walau kehidupan ekonomi dan usia mudanya seakan tak mendukung pencalonan itu, namun dengan dukungan para sesepuh desa ia memutuskan menghadapi tantangan itu demi perubahan nasib warga. Beberapa kesulitan ia temui dari pihak lawan yang tak lain adalah petinggi yang sedang menjabat, Pak Thamrin. Pak Thamrin yang tidak fair, main dukun, main ancaman kekerasan, justru menjadikan Yudho kian menunjukkan kedewasaannya serta makin dekat dengan Allah.
Takdir membuat cerita bahwaYudho pernah sekali bertemu dengan Hesti, gadis yang pernah dipuja sahabatnya itu. Dari pertemuan itu Yudho makin paham mengapa Malik begitu terpesona pada sosok Hesti yang memang berbeda dengan gadis kebanyakan seusianya.
Lalu bagaimana kelanjutan sepak terjang Yudho? Mampukan ia memenangkan pemilihan petinggi itu? Mampukan ia menguak tabir kematian Malik? Mampukah Hesti mengatasi rasa bersalah yang melandanya? Apakah ada kelanjutan kisah indah antara Yudho dengan Hesti?
**
Gaya bahasa dan gaya bertuturnya lugas dan khas. Berhubung Jepara hanya satu jam dari kota kelahiran saya, jadi saya turut membayangkan tempat juga kejadiannya. Pesan-pesannya juga disampaikan tanpa menggurui. Tentang persahabatan, tentang kehidupan, hidayah, taubat dan juga keluarga.
Selamat ya mbak Ella. Very proud of you :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar