Sabtu, 26 Maret 2011

the tomb of atuan

Tidak pernah ada yang bisa dilakukan tengah Batu-batu, Arha hanya pergi ke sana saat diperbolehkan dan ia dapat menyendiri di tempat itu. Tempat itu sangat suram. Bahkan ditengah teriknya siang hari musim panas gurun pasir sekalipun, tempat itu tetap terasa dingin. Terkadang angin bertiup pelan diantara dua batu yang berdiri berdekatan, saling membungkuk seakan-akan sedang menceritakan sebuah rahasia. Namun tidak ada rahasia yang sedang diceritakan.



Dari Tembok Makam, ada tembok batu lainnya yang terbentang lebih rendah, menciptakan setengah lingkaran panjang yang tidak beraturan di sekeliling Bukit Situs, lalu terbentang hingga jauh ke utara menuju sungai. Tembok ini tidak bisa dibilang melindungi Situs, karena sudah terbagi dua. Pada satu sisi, terdapat kuil-kuli dan rumah-rumah para pendeta wanita dan pengawas, sedangkan pada sisi lainnya terdapat ruangan-ruangan para pengawal dan budak yang bertani, menggembala dan mengumpulkan makanan untuk kebutuhan Situs. Tak satupun dari mereka yang pernah melewati tembok, kecuali pada beberapa festival yang sangat suci ada beberapa orang pengawal, penabuh gendering, dan peniup terompet yang mengikuti iring-iringan para pendeta wanita; tapi mereka tidak pernah memasuki gerbang kuil. Tidak ada lelaki lain yang pernah menginjakkan kaki di bagian dalam Situs.



Dulu pernah ada peziarah, raja, dan kepala suku yang datang dari Daratan Empat untuk melakukan pemujaan di tempat itu. Raja Dewa yang pertama, satu setengah abad yang lalu, datang untuk melakukan ritual kuilnya sendiri. Namun, sang raja tetap tidak bisa masuk ke area Batu Nisan, ia pun tidur dan makan di luar tembok yang mengelilingi Situs.



Tidak pernah ada penyihir yang berhasil mencuri Cincin Erreth-Ekbe, harta karun yang paling agung; semua berakhir dengan kematian. Selama ratusan tahun benda itu tersimpan dalam ruang harta di Situs Makam Atuan; daerah kekuasaan kekuatan kegelapan, Mereka Yang Tak Bernama. Si penyihir muda, Ged mencoba mencuri benda tersebut, namun ia terjebak dalam labirin kegelapan. Kematian mulai menghampirinya dan ia membutuhkan cahaya. Apa yang terjadi selanjutnya? Temukan dalam buku kedua serial dari Earthsea Cycle ini.



Earthsea Cycle karya Ursula K. Le Guin adalah salah satu kisah fantasi paling dicintai pada masa ini, dan dunia Earthsea yang menghanyutkan adalah salah satu rekaan terhebat dari seluruh literatur fantasi. Buku ini merupakan harta karun berisi kebijaksanaan, keajaiban, dan ilmu sihir tertulis.



Keterangan Buku:

Judul : The Tombs of Atuan

Penulis : Ursula K. Le Guin

Penerjemah : Harisa Permatasari

Penyunting : Poppy D.C. Kartadikaria

Penerbit : Media Klasik Fantasi (a Division of Mahda Books)

Terbit : Desember 2010

ISBN : 978-602-97067-1-0

Tebal : 268 hal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar