Judul : De winst
Penulis: Afifah Afra
Penerbit : Indiva
Peresensi : Dian Nafi
De winst
Novel bersetting tahun 1930-an di kota Solo.
Rangga, seorang inlander yang baru saja menyelesaikan studi di belanda berkenalan dengan Kareen , seorang noni belanda, di kapal selama perjalanan pulang ke Indonesia. Keduanya saling jatuh cinta dan bertukar cindera mata.
Sayangnya, Rangga telah dijodohkan dengan Sekar Pembayun, sepupunya sendiri . Tapi ada seorang pemuda bernama Kresna yang mengaku sebagai kekasihnya di suatu saat bertemu Rangga. Sekar juga menolak perjodohan itu karena sebenarnya ia telah memiliki tambatan hati bernama Jatmiko. Seorang pemuda aktifis pergerakan yang kharismatik.
Digadang – gadang oleh ayahandanya- KGPH Suryanegara- agar bisa memperjuangkan hak buruh, Rangga menjadi salah satu pegawai pabrik gula De Winst. Tak disangka-sangka, salah seorang pejabat baru di pabrik itu adalah suami Kareen- Jan yang arogan. Perempuan itu terpaksa menikah karena ayahnya terjerat hutang dengan ayah Jan.
De Winst dan Jan mengalami kesulitan ketika datang seorang Pratiwi yang menuntut sewa tanah pabrik sebesar 10 x lipat dari harga sewa sekarang yang belum pernah naik sejak berpuluh tahun lalu. Pratiwi mungil dan muda itu tampaknya memperoleh keberanian yang diajarkan oleh Sekar, Jatmiko dan Kresna.
Sementara itu Kareen yang tetap perawan meski sudah menikah, berusaha mendekati Rangga kembali. Tetapi Rangga yang berprinsip tak akan mengganggu istri orang, menampiknya terang-terangan. Kecewa oleh penolakan Rangga, Kareen mengalihkan perhatiannya kepada Kresna, seorang pemuda yang simpatik dan berapi-api semangat nasionalisme-nya.
Jan yang tidak mendapat kehangatan dari Kareen, lari ke pelukan seorang gundik bernama Partini. Yang ternyata adalah kakak dari Pratiwi, gadis yang melawan Jan dan De Winst. Jan sempat melihatnya dan terpancing birahi sekaligus dendamnya. Di pagi yang naas itu, ketika Pratiwi mengendarai kereta angin menuju tempatnya mengajar bersama Kresna, Jan berhasil memperkosa dan nyaris membunuhnya.
Padahal ayah Partini berpesan agar Pratiwi seharusnya dijaga agar tetap perawan ketika tiba waktunya ia bertemu dengan ayah kandungnya, Seorang ningrat yang menanam benihnya pada ibu Partini dan Pratiwi tanpa pernikahan. Gara-gara si ningrat itu melihat ibu Partini-Darwati namanya- ngangsu air di pancuran…..oalah…nih lho nih lho.. lelaki memang begitu itu :D
Siapakah ningrat bejat itu? siapa lagi kalau bukan KGPH Suryanegara, ayah Rangga.
Untungnya Kareen menemukan Pratiwi yang sekarat dan berhasil membawanya ke rumah sakit. Meski Pratiwi koma dalam waktu yang sangat lama. Dan ketika ia sadar, ia tak mau memaafkan KGPH Suryanegara yang datang ke sana atas pemberitahuan Rangga.
Jatmiko yang vocal akhirnya ditangkap Belanda. Sekar yang menjadi kolumnis terbitan Belanda menggunakan nama pena sebagai samarannya, semakin berani menyuarakan kebenaran. Sehingga akhirnya ketahuan dan ia juga ditangkap. Pada saat – saat buruk seperti itu Rangga menjadi lebih dekat dengan Sekar dan tumbuhlah benih kasih di antara mereka. Rangga menanyakan hubungan Sekar dengan Jatmiko dan Kresna, apakah ada cinta segitiga? Apakah Kresna don juan karena juga dekat dengan Kareen? Lalu terungkaplah fakta bahwa sebenarnya Kresna adalah Sekar yang menyamar menjadi pria agar ia bisa leluasa bergerak keluar rumah. Meski benih itu tumbuh, kiranya Sekar lebih cenderung kepada Jatmiko. Mereka sama-sama dilempar ke pembuangan.
Rangga pun akhirnya ditangkap Belanda karena ia dianggap memimpin sebuah perlawanan baru. Ia membuka pabrik baru dan sebagian besar buruh pabrik de Winst pindah ke sana. Kareen yang seorang advocate memperjuangkan kebebasan Rangga meski tak berhasil . beberapa hari sebelum pembuangan Rangga ke tempat terpencil, mereka berdua akhirnya menikah -Kareen memeluk agama Rangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar