kebetulan kubaca setelah aku baca novel eka yang covernya gambar burung merem, sebagai metafora dari isi ceritanya. eh, ini berikutnya tentang burung lagi. burung terbang dalam kelam malam, he3.
walah, halaman testimoninya buanyaaak banget.
dan mungkin justru karena testimoni sebanyak dan sebagus itu, jadi kita ketinggian harapannya akan novel ini. hiks, jadinya pas baca malah kayak kejeglek. duh, kok. he3.
jadi bertanya-tanya, mana sih yang paling payah dari beberapa model/jenis bacaan? apakah yang kemproh atau yang picisan atau yang menye-menye. hehehe.
trus jadi kepikiran, kayaknya kalau novel yang cerita tentang novelis jadi kayak hmmm.. gimana gitu ya? memangnya gak ada yang lain yang bisa diceritain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar