Celoteh tentang Perselingkuhan
Tadi
saya baca buku hadiah dari mba Dian Nafi, meski belum selesai, tapi
lumayan rumit masalahnya di dalam buku tentang perselingkuhan itu.
Sebagai lajang yang masih milih-milih pasangan hidup, saya agak sangsi
tentang konsep keluarga bahagia. Kok ya bisa-bisanya laki-laki bisa
mengiyakan ajakan perempuan yang bukan pasangan halalnya untuk gitu deh.
One night stand. Glek. Padahal dituliskan bahwa tokohnya dari keluarga
ningrat.
Akhirnya
saya jadi ngerti kalo sebenernya siapapun lelakinya, bisa berpotensi
selingkuh. Apapun pekerjaan dia, latar belakang dia, hobi dia, dll.
Sealim apapun kalo udah berhubungan dengan perempuan, laki-laki itu bisa
bertekuk lutut. Udah jadi jaminan kan di Al Quran kalau memang kenapa
Al Quran aja sampai menawarkan balasan bidadari bermata indah, blablabla
di dalam kitab suci itu. Tentu karena memang itu yang paling disukai
laki-laki. Beda lagi dengan perempuan yang memang lebih suka harta. Coba
berikan pilihan pada perempuan, suruh nemenin pasangannya di rumah aja
atau ke mall belanja ini itu? Pasti milih belanja :p Ya memang fitrahnya
laki-laki pada perempuan, perempuan pada harta. Maka wajar jika
akhirnya banyak lelaki jatuh ketika perempuannya tidak baik, dalam
artian tidak bisa menahan apapun untuk bersikap biasa saja terhadap
harta suaminya. Makanya sampe ada yang korupsi, ya coba tengoklah
istrinya pejabat pegangannya apa aja? Kalo bukan pengusaha kok bisa
sampai punya harta yang wah, padahal katanya gaji pejabat dikit ya?
Makanya
ada sebuah artikel yang saya baca di sebuah blog teman, dia bilang kalo
dalam keluarganya didoktrin untuk perempuan itu yang harus jaga
suaminya. Bukan suami yang jaga istri. Kenapa? Karena ketika lelakinya
itu tidak baik, balik lagi liat istrinya gimana cara menjaganya.
Jangan-jangan memang dijaga ala kadarnya saja. Tidak diingatkan ketika
berpotensi melakukan kesalahan. Tidak dibikin bahagia selama mereka
bersama. Tidak dibimbing menjadi lebih baik lagi. Tidak saling
mensupport pasangan. Tidak saling mendoakan kebaikan. Ya terus buat apa
bareng-bareng dong kalo ga bahagia?
Trus
lagi, pernah baca juga di fb teman, kesimpulan yang saya ambil ini.
Jadi tau bahwa memang cara menjaga agar suami tetap fokus pada
pekerjaannya adalah dengan si istri mengerjakan segala masalahnya
sendiri. Jadi wonder woman kali ya. Ntar kalo ada yang paling rumit baru
ngomong. Ga setiap ada masalah diomongin, kesian suaminya kepikiran.
Udah banyak pikiran di kantor ditambah diributin istrinya yang rewel dan
super bawel. *eh :P
Intinya sih, kalo perempuannya memang sudah mengambil keputusan untuk di rumah saja, maka segala urusan rumah dari yang terkecil hingga yang rumit sekali pun, dia yang menyelesaikannya.
Intinya sih, kalo perempuannya memang sudah mengambil keputusan untuk di rumah saja, maka segala urusan rumah dari yang terkecil hingga yang rumit sekali pun, dia yang menyelesaikannya.
Kesimpulannya
: bikin partner hidup itu bahagia butuh perjuangan. namanya partner
berarti ada proses saling, saling membahagiakan, saling bikin ketawa,
saling bikin senyumnya ceria. xD jadi ya, nak. yang masih single, coba
belajar seni memahami pasangan. Hahaha. Padahal ini kelemahan saya :P ya
masih ada waktu buat belajar kan, bisa dari cerita teman, buku,
diskusi, dll. Sebelum akhirnya nanti saya menemukan pasangan halal saya.
:P
Udah gitu aja ocehannya :)) Lagi pengen cerita aja xD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar