Senin, 16 Juni 2014

Ngemilbaca lovelocked by pia devina



Ngemilbaca lovelocked by pia devina
Aku membaca marathon dua novel romance travelling secara bersamaan. Salah satunya adalah karya pia yang keempat bertajuk love locked. Terus terang ada kejenuhan dalam diriku untuk terus-terusan membaca novel yang kesannya menye-menye, dangkal,swallow, seolah cinta-cintaan an sich. Bukan jenis novel yang ingin kubaca ataupun kutulis. Meski tulisanku juga mungkin tak lebih bagus. Tapi begitulah kali ini aku tersadar, bahwa kadang-kadang karena kita tidak ingin karya kita dibilang uopppoooh ikiii? Jadi kita juga menghindari untuk komen uopppooh ikkkiii pada karya orang lain. Padahal dengan begitu, akhirnya kita kehilangan sedikit kejujuran dan titik atau sisi kritis kita.
Jadi, meski sekilas-sekilas aku menulis di statusku, tanpa mention.  Membaca menye-menye sekali mungkin tak apa, tapi kalau all week along? Juga unek-unekku yang lain, all these non-senses, mau ke mana arahnya? Mudhof ilaih alias obyeknya tentu saja bukan Cuma novel ini, tapi juga novel-novel lainnya, bahkan juga novel dan tulisanku sendiri. Sesaat aku sadar mengapa beberap orang tua dulu bilang bahwa buku cerita, fiksi itu bullshit, omong kosong, karenanya loghow, ia juga sebuah bentuk kebohongan, tipu-tipu karena tidak sesungguhnya ada. That’s probably right, maybe.
But terus apa sebenarnya manfaat fiksi, kalau ia sepenuhnya imajinasi? Tidak berdasarkan true story atau kebenaran realita. Kalau ia fiksi fantasi, boleh jadi malah merupakan penggambaran visual tentang masa depan yang lebih baik, atau sebuah perngatan tentang masa depan yang buruk kalau kita tidak bijaksana di masa sekarang. Ia mendorong terciptanya penemuan-penemuan.
Kalau ia fiksi sejarah, berarti menceritakan sejarah dengan cara yang lebih menyenangkan, berkisah.
Kalau ia fiksi travelling, berratrti menyajikan tempat-tempat destiunasi dengan cara yang lebih menarik, berkisah.
Tentulah begitu, mungkin.
Dan di balik semua itu, ada hikmah tersajikan secara perlahan. Seperti yang akhirnya kudapati di bagian akhir novel pia ini. Ternyata segala kesalahan di masa lalu yang menyakitkan dua generasi itu toh tetap harus disyukuri. Karena akhirnya melahirkan rhinea dan membawa Erika menyayangi Mario. Menjadikan mereka bertemu dan saling jatuh cinta.

Satu yang kugarisbawahi dari novel ini, karena punya relevansi erat dengan situasiku, ternyata orang tua tiripun ada yang baik. Jadi kepikiran utk mencari seorang ayah bagi anak-anakku. Hahay :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar